Karakter Moral Ibu Profesional

Nggak terasa libur lebaran sudah usai. Saatnya kembali menyelami samudera matrikulasi IIP!

Kali ini misi penyelamannya adalah menyelami karakter moral. Para penjelajah diajak untuk memahami karakter moral Ibu Profesional dengan berbekal e-book dan podcast tentang pengalaman dari para Widyaiswara.

Terdapat 5 karakter moral dari Ibu Profesional, yaitu:

1. Never stop running, the mission alive. Ibu profesional takkan berhenti bergerak karena misi kehidupan yang tak pernah mati.

2. Don't teach me, I love to learn. Ibu profesional adalah ibu yang terus belajar sepanjang hayatnya, demi kebaikan diri, suami, dan anak-anaknya.

3. I know I can be better. Karena pribadi yang beruntung adalah pribadi yang hari ini lebih baik dari hari kemarin, Ibu Profesional selalu berusaha untuk menjadi lebih baik dari hari ke hari.

4. Always on time. Ibu Profesional menjunjung kedisiplinan dan menghargai waktu yang telah disepakati.

5. Sharing is caring. Ibu Profesional adalah ibu yang senang berbagi pengalaman sebagai bentuk rasa sayang dan peduli kepada sesama.

Nah, kalau kelima poin di atas adalah karakter moral Ibu Profesional, sekarang giliran saya untuk menyelami diri sendiri lebih dalam untuk menemukan karakter Ibu Profesional di dalam diri.

Selama 27 tahun menjalani kehidupan dan terutama 3 tahun terakhir sebagai istri dan ibu, saya menemukan banyak sekali tantangan. Kadang tantangan-tantangan itu ada yang terasa mudah dan dapat terlewati dengan baik, kadang ada juga yang berat dan sulit untuk ditaklukkan.

Salah satu tantangan yang sulit dan penuh struggle adalah kehidupan setelah menjadi stay at home mom. Selain ritme kegiatan yang berubah, saya juga harus beradaptasi dengan sebuah konflik dan perubahan psiko-sosial yang qadarullah terjadi dalam hidup saya. Anak saya yang ketika itu baru berusia 6 bulan menjadi salah satu alasan saya 'kelimpungan' namun sekaligus juga sumber kekuatan dalam diri saya. Deep down inside, saya sangat sedih dan tidak tau harus berbuat apa. Tapi saya harus terus bergerak! Alhamdulillah, meski konflik masih berlanjut, hari ini anak saya sudah menginjak usia hampir 2,5 tahun dan saya masih mampu berdiri tegak.

Sumber 'kelimpungan' saya saat itu sebenarnya adalah skill saya yang cukup minim dalam segala pekerjaan rumah tangga dan pengetahuan mengurus anak. Saya terbiasa menatap layar laptop dan handphone hampir 24/7 sambil ngobrol sama teman-teman satu tim. Jadi, when it turned to be bersih-bersih, memasak, dan merawat bayi sendirian saat suami bekerja di kantor, seketika saya overwhelmed. Saat itu, saya yang seorang overthinker sejati bertanya-tanya, kemana orang-orang yang sebelumnya ada saat saya 'di atas'? Saya sangat sedih, karena jujurly saya nggak butuh dibantu cuci piring apalagi gantiin popok anak, sungguh. Saya cuma butuh ada teman ngobrol karena saya kesepian sekali hanya di rumah berdua dengan bayi. Bahkan sampai saat ini terkadang masih terlintas pertanyaan itu, sampai seringkali saya terpikir untuk kembali bekerja saja supaya kedigdayaan saya kembali dan nggak stress memikirkan ini itu yang sebetulnya nggak bisa juga saya kontrol. Tapi saya berusaha menanamkan mantra ajaib ini dalam pikiran saya; this too shall pass and I know I can be better than this. Nggak ada yang abadi, termasuk kesedihan. Dan dengan kesulitan yang saya alami, saya akan menjadi seorang yang lebih baik, lebih mumpuni, dan tentunya lebih kuat. Saya pasti dan harus bisa! Pelan tapi pasti saya terus belajar dan bersabar. Alhamdulillah dari hari ke hari, mindset itu terwujud; saya semakin capable untuk menghandle household tasks, semakin mengerti bagaimana mengurus dan mendidik anak, dan pelan-pelan mulai mampu mengikhlaskan hal-hal yang nggak lagi saya miliki.

Setelah saya summary-kan, insya Allah karakter moral Ibu Profesional sedikit banyak sudah ada di diri saya. Karakter ini akan terus saya pupuk agar semakin tertanam dan tumbuh dengan baik. Mungkin hanya 1 yang belum bisa saya lakukan dengan baik, yaitu being on time. Saya juga masih suka menunda-nunda pekerjaan sampai batas waktu yang ditentukan alias deadliner 😝 Semoga pelan-pelan bisa saya perbaiki.

Saya menulis tugas misi penyelaman ini di blog sebagai salah satu bentuk kepedulian saya kepada sesama perempuan, supaya lebih mudah dan lebih luas jangkauannya, sehingga pengalaman saya bisa menjadi pelajaran bagi orang lain. Karena bagi saya, untuk tahu kalau jatuh itu rasanya sakit, kita nggak harus jatuh dulu. Nggak semua ilmu harus kita dapatkan dengan learning by doing. Kita bisa cukup melihat pengalaman orang lain yang pernah merasakan dan mengambil pelajaran darinya. Because sharing is caring! Semoga ada sedikit manfaat yang bisa diambil dari apa yang saya lakukan ya 😊




Comments

Popular posts from this blog

Kunjungan ke DSA Konsultan Nutrisi (Finally!)

Posyandu Day: Target Achieved?

Akhirnya Memilih Resign