Memaknai Ibu Profesional Kebanggaan Keluarga

Perjalanan matrikulasi kini memasuki misi selanjutnya yaitu "Mencari Makna Ibu Profesional". Saya sering sekali mendengar istilah profesional atau bahkan menyebut diri seorang profesional. Ya, karena dulu saya memang berprofesi sebagai pekerja profesional. Tapi, kalau kata profesional disandingkan dengan gelar ibu, gimana ya mengartikannya?

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, makna profesional berkaitan dengan profesi yang memerlukan keahlian atau kepandaian khusus untuk menjalankannya. Jadi, kriteria utama yang harus dimiliki seorang profesional adalah pengetahuan ahli dan terkhusus mengenai bidang tempat orang itu berkarya. Jika kata profesional dirangkai dengan gelar ibu menjadi Ibu Profesional, maka saya simpulkan artinya adalah seorang ibu yang memiliki kepandaian dan ahli untuk menjalankan peran atau profesinya sebagai seorang ibu.

Jadi ibu harus ahli? Lebay banget!
Mungkin itu yang sering diucapkan orang yang awam tentang dunia ibu dan istri, termasuk saya beberapa tahun yang lalu. Saya nggak menemukan alasan kenapa seorang ibu jadi profesional? Bukannya ibu itu pekerjaan tanpa imbalan? Kenapa jadi profesi? Apa ini cuma karena para ibu rumah tangga sedih karena terlihat nggak keren sehingga menambahkan predikat profesional secara mandiri?

Tapi setelah saya terpapar materi-materi yang disampaikan oleh para Widyaiswara IIP, saya makin menyadari bahwa predikat Ibu Profesional itu memang tepat. Seorang ibu harus profesional! Kenapa? Saya akan jabarkan 3 hal yang menjadi dasar bagi saya memaknai predikat Ibu Profesional.

1. Ibu adalah seorang yang harus ahli dalam bidangnya; mencakup pelayanan kepada suami, pengasuhan anak, urusan domestik rumah tangga, finansial, kesehatan keluarga, dan banyak part lainnya. Bayangkan jika posisi ibu diisi oleh seorang yang tidak ahli dalam menangani hal-hal tersebut, apakah biduk rumah tangga akan mampu mengarungi lautan kehidupan?

2. Ibu adalah seorang yang memiliki integritas. Integritas dalam KBBI bermakna mutu, sifat, atau suatu keadaan yang menunjukkan suatu kesatuan yang utuh sehingga memiliki potensi dan kemampuan yang memancarkan kewibawaan. Wibawa sebagai seorang ibu dibutuhkan untuk melindungi keluarga dan membentuk karakter positif anak. Integritas juga sangat dibutuhkan seorang ibu untuk tetap menjalankan segala aktivitasnya di atas segala hambatan yang mungkin dialami.

3. Ibu juga merupakan sebuah profesi. Profesi? Ada upahnya dong? Yup! Profesi ibu juga menerima upah atau imbalan seperti halnya para pelaku profesional lainnya. Tapi, tentu ada yang berbeda. Kalau pekerja profesional umumnya menerima imbalan yang bersifat material, ibu profesional nggak cuma menerima imbalan cash dari Pak Suami (#eh) tetapi imbalan dari Allah berupa cash tabungan amal shalih yang kelak insya Allah akan menyelamatkan dirinya di Akhirat. Yang penting luruskan niat :)

Ibu Profesional Kebanggaan Keluarga
Nah, sudah profesional lalu menjadi kebanggaan keluarga pula. Karena melibatkan penilaian keluarga, berarti ada indikator-indikator yang harus digunakan untuk memenuhi predikat "kebanggaan keluarga" ya. Untuk itu, saya bertanya pada suami sebagai satu-satunya stakeholder yang bisa saya minta pendapatnya (karena Rania kalau ditanya malah nyengir-nyengir doang😅); kira-kira apa aja sih yang bisa bikin beliau bangga dengan saya?

Jawaban beliau mohon maaf saya rahasiakan ya hehe.

Tapi poinnya adalah, makna ibu profesional kebanggaan keluarga pasti menyesuaikan kebutuhan dan keinginan keluarga masing-masing yang tentunya berbeda satu sama lain. Nilai-nilai yang dipegang seorang ibu profesional dengan ibu profesional lainnya bisa jadi berbeda, namun ada satu kesamaan, yaitu sama-sama berlandaskan rasa cinta dan keinginan untuk memberikan yang terbaik untuk keluarganya.

•••
Sedikit cerita kenapa saya setuju banget kalau seorang ibu harus profesional. Waktu itu saya baru melahirkan Rania dan qadarullah Rania kuning plus ASI saya belum lancar produksinya. Di hari ke-5 pascalahir, Rania masuk NICU untuk phototherapy. Saat itu kompetensi saya sebagai ibu pertama kali diuji. Bagaimana tidak, saya harus menguasai materi seputar produksi ASI dalam beberapa jam saja karena harus berkejaran dengan permintaan supply ASI dari perawat NICU sesuai jam lapar Rania kecil alias 2 jam sekali.

Di tengah kebingungan, minimnya support karena saat itu teman-teman mostly masih single atau belum punya anak, suami juga belum belajar apa-apa, post-partum life yang belum smooth dan justru mengarah ke PPD, belum punya circle sesama ibu baru, ditambah deadline yang terus mengejar; integritas lah yang menyelamatkan saya. Saat itu saya boleh menyerah pada keadaan dan mempersilakan Rania menyesap susu formula untuk menghilangkan laparnya agar saya bisa tenang dan santai saja duduk di ruang tunggu. Saya punya pilihan itu, tetapi rasa tanggung jawab sebagai seorang ibu menghalangi diri saya untuk menekan tombol menyerah.

Sejak saat itu, hari demi hari saya lewati dengan berbekal integritas yang kuat untuk menjalani peran saya sebagai seorang ibu. Perlahan saya semakin menguasai medan dan mulai bisa membagikan pengalaman saya kepada teman-teman yang membutuhkan. Sekarang, tiap saya menengok ke belakang, saya mensyukuri tiap tantangan yang pernah terjadi dalam hidup saya karena tantangan itu selalu mengajarkan saya sesuatu yang baru, yang kemudian memaksa saya menguasai hal tersebut, dan kemudian membuat saya bisa memberikan manfaat lebih bagi sekitar.

Cerita ini bukan bermaksud mengagung-agungkan ibu yang memberikan ASI untuk anaknya dan vice versa, bukan sama sekali, karena mungkin kondisi kita berbeda. Saya hanya bersyukur karena Allah menghadiahkan saya integritas yang baik sebagai bekal menjadi ibu, hingga saya dapat bertahan meski selalu memiliki pilihan untuk menyerah.

•••

Kesimpulannya, menurut saya ibu profesional berarti seorang ibu yang memiliki pengetahuan di bidangnya yaitu dunia ibu, selalu berusaha untuk menjadikan rumah dan penghuninya sebagai masterpiece-nya, serta memiliki integritas yang baik sehingga bertanggung jawab dan selalu dapat diandalkan oleh keluarga❤

Comments

Popular posts from this blog

Kunjungan ke DSA Konsultan Nutrisi (Finally!)

Posyandu Day: Target Achieved?

Akhirnya Memilih Resign