Mother Knows Best!
Hari ini saya lagi-lagi mendapat pelajaran. Sebenarnya bukan pengalaman baru bagi saya, karena sejak resmi menjadi ibu, saya lumayan sering dihadapkan pada kejadian seperti ini.
Tinggal di perumahan yang rata-rata warganya berusia lanjut, saya sering sekali mendapat nasihat bernada offensive dan cenderung memaksa, khususnya soal cara merawat bayi.
Misalnya,
"kok gendongnya kayak gitu? Eh itu anak cewe, kasian kalo digendong nyeglak, ntar kakinya pengkang!" ketika melihat saya menggendong Rania newborn dengan posisi M-shape—sesuai kaidah menggendong,
"ih anaknya jangan digendong mulu, ntar bau tangan! Repot sendiri loh ntar!" saat melihat saya langsung menggendong Rania ketika ia menangis,
"kok dimandiinnya pake air dingin? Kasian ntar masuk angin! Anak saya aja sampe SD masih mandi air hangat loh!" saat mereka tahu kalau saya sudah membiasakan Rania mandi air dingin sejak usia 4 bulan,
"ah ibunya males masak bubur ya? Kok udah dikasih makanan keras kayak gitu sih? Ntar keselek!" saat mereka tahu kalau menu MPASI Rania adalah finger food, bukan bubur halus,
"bayi mandi sore itu jam sekian, masa jam segini belum mandi? Ah, semua itu perkara dibiasakan!" tanpa mereka tahu kalau hari itu Rania sedang growth spurt sehingga jam tidurnya berantakan dan bangun tidur siangnya jadi lebih sore,
"keluar jam segini kok nggak pake kaos kaki? Kok nggak pake celana panjang? Kok nggak pake jaket? Masuk lagi sana, pake jaket dulu, pake kaos kaki, pake jaket, pake topi!" ketika kami berkumpul di depan rumah saat mendengar kabar duka cita dari tetangga sebelah rumah, memaksa saya memakaikan segala atribut yang Rania nggak suka pakai—karena Rania gampang kegerahan, lagipula dia juga suka dan sudah terbiasa dengan sepoi-sepoi angin malam di depan rumah,
dan masih banyak lagi petuah-petuah yang lebih sering terdengar seperti cibiran yang memojokkan daripada saran untuk ibu baru. 'Namanya juga anak baru kemarin, ngerti apa sih soal ngurus anak? Nurut aja sih kalo dikasihtahu!' Kira-kira begitu.
Mungkin, bagi sebagian orang itu hal yang biasa. Tapi somehow, bagi saya itu adalah salah satu momen yang menyebalkan saat bersosialisasi, yang kelak nggak akan saya lakukan saat saya berada di posisi ibu senior. Atau mungkin saya aja yang tipenya easily irritated.
Bagi saya, melahirkan seorang bayi itu satu paket dengan kemampuan untuk mengurus bayi tersebut. Di zaman sekarang, apalagi para ibu milenial, informasi tentang cara merawat bayi nggak cuma bisa didapat dari pengalaman para ibu terdahulu. Millennial parents do research! Kita suka belajar dari sumber-sumber yang valid dan ilmiah, bukan sekadar berbasis pengalaman atau mitos. Ya, kan?
Menurut saya, nggak ada yang lebih mengerti seorang bayi dibanding ibunya sendiri. Mother knows best! Jadi, kalau mau menyampaikan sesuatu, ada baiknya kita tanya dulu ibunya untuk memastikan alasan si ibu melakukan A, B, C atau D. Nggak serta-merta 'memberi tahu', seakan kita yang paling tahu dan si ibu ini nggak paham apa-apa. Dan lagi, memberikan informasi juga ada etikanya, apalagi kalau kita nggak akrab-akrab amat dengan lawan bicara.
Yah, pelajaran memang ada di mana-mana. Pelajaran bisa datang dari siapa saja.
Dari mereka, saya belajar bagaimana menyampaikan saran dan pemikiran saya dengan baik. Dari pengalaman kurang menyenangkan yang saya terima, saya belajar untuk menjaga diri dari melakukan hal-hal yang bisa bikin orang lain nggak nyaman.
Dan dari komentar-komentar mereka juga saya semakin terpacu untuk belajar dan mencari ilmu agar bisa memberikan yang terbaik bagi anak. Agar semakin percaya diri terhadap apa yang saya pilih dan lakukan. Agar filter untuk kosa kata miring yang datang semakin canggih untuk menyaring yang mana yang dapat saya jadikan pembelajaran dan yang mana yang boleh masuk ke hati. Karena kesalahan orang yang tidak mengerti tentang apa yang dilakukannya selalu perlu dianulir, kan?
Dan dari komentar-komentar mereka juga saya semakin terpacu untuk belajar dan mencari ilmu agar bisa memberikan yang terbaik bagi anak. Agar semakin percaya diri terhadap apa yang saya pilih dan lakukan. Agar filter untuk kosa kata miring yang datang semakin canggih untuk menyaring yang mana yang dapat saya jadikan pembelajaran dan yang mana yang boleh masuk ke hati. Karena kesalahan orang yang tidak mengerti tentang apa yang dilakukannya selalu perlu dianulir, kan?
Alhamdulillah ala kulli hal :)
Comments
Post a Comment