Piknik Makan Siang di Kebun Raya Bogor
Sejak hamil, saya ingin anak saya tumbuh menjadi anak yang senang dengan sejuknya alam. Saya ingin menanamkan rasa cinta pada alam sembari menjauhkan Rania dari godaan konsumerisme dan hedonisme yang ditawarkan di pusat perbelanjaan dan hiburan. Maklum, kawasan tempat tinggal kami dikelilingi mall-mall yang cukup ramai. Karena itu, saya ingin membiasakan Rania untuk menikmati wisata outdoor sedari dini. Dimulai dari yang dekat dan terjangkau, lokasi wisata pertama yang Rania kunjungi adalah Kebun Raya Bogor (KRB).
Perjalanan menuju KRB menggunakan kereta Commuter Line (CL)
Hari itu kebetulan suami saya sedang bertugas ke luar kota, sehingga saya dan Rania menginap di rumah orang tua saya. Kami berangkat dari stasiun kereta Pasar Minggu sekitar pukul 10.30—padahal rencananya kami berangkat jam 9 pagi ke stasiun, tapi setelah mandi dan sarapan pukul 8.30, Rania malah ngantuk lalu tertidur pulas sampai jam 10.
Hari itu kebetulan suami saya sedang bertugas ke luar kota, sehingga saya dan Rania menginap di rumah orang tua saya. Kami berangkat dari stasiun kereta Pasar Minggu sekitar pukul 10.30—padahal rencananya kami berangkat jam 9 pagi ke stasiun, tapi setelah mandi dan sarapan pukul 8.30, Rania malah ngantuk lalu tertidur pulas sampai jam 10.
Saya memilih moda transportasi CL selain karena cepat, juga karena ingin mengenalkan Rania kepada 'nano-nano'nya kehidupan—bahwa kalau mau pergi-pergi, nggak melulu harus naik mobil. Juga membiasakan agar kelak ia nggak 'kaget' dengan situasi di transportasi umum.
Karena waktu itu hari kerja dan bukan jam sibuk, kondisi kereta cukup lengang dan banyak kursi yang kosong. Alhamdulillah kami masih bisa memilih tempat duduk, meski saya nggak bisa lama-lama duduk karena Rania cepat bosan. Tapi in general, alhamdulillah Rania sangat kooperatif dan menikmati perjalanan selama sekitar 1,5 jam menggunakan CL ke Stasiun Bogor.
Dari Stasiun Bogor, kami memesan taksi online karena saya belum percaya diri untuk naik angkot lagi, meski jarak stasiun dan KRB cukup dekat. Hampir 3 tahun belakangan saya nggak pernah lagi naik angkot dan kembali awam dengan kondisi perangkotan saat ini. Jadi supaya aman, saya ambil simple dengan taksi online. Sudah naik mobil pun Rania agak cranky karena jalan menuju KRB dari stasiun lumayan macet. Nggak kebayang gimana jadinya kalau saya paksakan naik angkot.
Dari Stasiun Bogor, kami memesan taksi online karena saya belum percaya diri untuk naik angkot lagi, meski jarak stasiun dan KRB cukup dekat. Hampir 3 tahun belakangan saya nggak pernah lagi naik angkot dan kembali awam dengan kondisi perangkotan saat ini. Jadi supaya aman, saya ambil simple dengan taksi online. Sudah naik mobil pun Rania agak cranky karena jalan menuju KRB dari stasiun lumayan macet. Nggak kebayang gimana jadinya kalau saya paksakan naik angkot.
Tiba di Kebun Raya Bogor
Kami diarahkan untuk turun di pintu utama KRB. Tiba di sana pukul 12.30, kami langsung membeli tiket seharga Rp16ribu per orang dewasa. Saat kami masuk, ramai anak-anak TK yang nampaknya sedang berdarmawisata. Kebetulan Rania selalu senang kalau banyak anak-anak kecil di sekitarnya. Jadi saat tiba di sana, mood Rania sudah kembali ceria.
Aktivitas selama di Kebun Raya Bogor
Sebelumnya saya sempat bingung, kalau sudah sampai di KRB, mau ngapain ya? Karena terakhir saya ke KRB, circa 2004, saya diberikan tugas oleh guru untuk berkeliling mencatat jenis-jenis pohon yang saya temui. Tak ada ide, saat berangkat rencana aktivitas di KRB hanya piknik makan siang.
Sebelumnya saya sempat bingung, kalau sudah sampai di KRB, mau ngapain ya? Karena terakhir saya ke KRB, circa 2004, saya diberikan tugas oleh guru untuk berkeliling mencatat jenis-jenis pohon yang saya temui. Tak ada ide, saat berangkat rencana aktivitas di KRB hanya piknik makan siang.
Karena sudah masuk jam makan siang, kami menggelar alas duduk di rerumputan bawah pohon rindang lalu memakan makanan bekal yang sudah kami siapkan dari rumah. Makan siang ala piknik ternyata bikin nafsu makan Rania meningkat, alhamdulillah ia makan sangat lahap dan semangat.
Setelah makan siang, kami berjalan mengelilingi taman dan berfoto-foto. Rania sangat senang berjalan di atas bebatuan, meski sambil digendong. Ia juga sangat excited melihat ikan yang banyak dan besar-besar di Kolam Gunting. Sekitar setengah jam berkeliling, khas bayi yang kenyang, Rania rewel karena ngantuk dan ingin menyusu. Bersyukur cuaca bersahabat, Rania tidur pulas dalam gendongan saya ditemani kicauan burung di pinggir danau. Sebuah tambahan refreshing buat saya, breastfeeding with a view.
Sekitar pukul 4 sore, kami bersiap-siap pulang. Rania juga sudah kembali segar dan ceria pasca tidur siang. Kami pulang dengan rute dan moda transportasi yang sama seperti saat berangkat. Alhamdulillah, rute pulang lebih nggak macet dibandingkan rute berangkat.
Plus minus Kebun Raya Bogor untuk wisata bersama bayi
Pada kunjungan saya tanggal 13 September 2018 lalu, situasi KRB di siang-sore hari cukup ramai karena banyak anak-anak TK dan SD yang berdarmawisata. Khas tempat wisata di Indonesia, banyak sampah yang menumpuk di mana-mana—mungkin karena kurangnya kesadaran sebagian masyarakat tentang menjaga kebersihan di tempat umum, mungkin juga karena tidak banyaknya tempat sampah yang tersedia.
Pada kunjungan saya tanggal 13 September 2018 lalu, situasi KRB di siang-sore hari cukup ramai karena banyak anak-anak TK dan SD yang berdarmawisata. Khas tempat wisata di Indonesia, banyak sampah yang menumpuk di mana-mana—mungkin karena kurangnya kesadaran sebagian masyarakat tentang menjaga kebersihan di tempat umum, mungkin juga karena tidak banyaknya tempat sampah yang tersedia.
Hal lain yang saya notice di sana adalah kendaraan bermotor di dalam area KRB. Saya nggak tahu apakah kendaraan bermotor diperbolehkan masuk dan digunakan berkeliling area KRB, tapi saya beberapa kali melihat orang-orang yang menggunakan sepeda motor dan mobil. Entah apakah mereka wisatawan atau petugas KRB, tapi asap kendaraannya membuat KRB tidak sesuai ekspektasi saya. Selain itu, yang paling mengesalkan (di manapun) adalah wisatawan yang paling nggak peka (atau memang apatis?) dengan sekitarnya; merokok di tempat umum. Ditambah lagi dengan tidak adanya larangan merokok di KRB, banyak turis asing maupun lokal yang dengan santainya berjalan kaki atau duduk-duduk sambil merokok, dan asapnya jelas mengganggu.
Tapi secara keseluruhan, KRB sendiri saat ini masih menjadi tempat wisata yang cukup menyenangkan bagi saya, karena di mana lagi saya bisa berjalan kaki dengan santai tanpa harus kepanasan karena dinaungi pepohonan rindang? Yang nggak jauh dari Jakarta tentunya. Di sana juga disediakan beberapa spot foto yang cukup instagramable. Andai KRB menyediakan sepeda yang bisa disewa untuk digunakan berkeliling area, mungkin berwisata di KRB bisa jadi lebih menyenangkan.
Tips wisata outdoor bersama bayi
• Rencanakan aktivitas yang ingin dilakukan atau esensi yang ingin kita dapatkan dari wisata, supaya trip lebih meaningful dan langkah lebih terarah.
• Gunakan pakaian yang nyaman, baik ibu dan bayinya. Karena kegerahan atau keribetan bisa berakhir cranky.
• Karena saya naik CL, jika menggunakan kartu THB sebaiknya langsung beli tiket untuk pulang dan pergi supaya meminimalisir antre—antrean panjang biasanya bikin bayi cepat bosan dan nggak mood. Kalau pakai kartu multi trip atau e-Money sih lebih nyaman, karena bisa langsung tap tanpa antre membeli tiket.
• Daripada membawa stroller, lebih nyaman menggunakan baby carrier. Saya bawa 2 gendongan, hipseat baby carrier dan geos simple wrap. Saat berjalan-jalan, gendongan hipseat paling nyaman digunakan. Tapi saat menyusui, saya pakai geos supaya nggak cepat pegal.
• Apron menyusui (kalau bayinya masih minum ASI) jangan sampai ketinggalan.
• Bawa payung kecil akan sangat berguna buat mengantisipasi cuaca. Kalau terlalu terik atau gerimis, bayi tetap aman di bawah payung.
• Usahakan hanya membawa satu tas; bawalah barang-barang secukupnya. Saya memasukkan semua barang termasuk keperluan bayi ke dalam satu ransel supaya nggak ribet. Nggak lucu kan kalau jalan-jalan tapi bawa tasnya kayak mau mudik?
•Terakhir dan paling penting, selalu perhatikan mood bayi. Pergi bersama bayi mengharuskan kita mengesampingkan ego sendiri, terutama untuk wara-wiri mengelilingi lokasi wisata. Buat bayi senyaman mungkin selama perjalanan. Karena bagaimanapun, tujuan jalan-jalan untuk membuat bayi kita senang, kan?
• Rencanakan aktivitas yang ingin dilakukan atau esensi yang ingin kita dapatkan dari wisata, supaya trip lebih meaningful dan langkah lebih terarah.
• Gunakan pakaian yang nyaman, baik ibu dan bayinya. Karena kegerahan atau keribetan bisa berakhir cranky.
• Karena saya naik CL, jika menggunakan kartu THB sebaiknya langsung beli tiket untuk pulang dan pergi supaya meminimalisir antre—antrean panjang biasanya bikin bayi cepat bosan dan nggak mood. Kalau pakai kartu multi trip atau e-Money sih lebih nyaman, karena bisa langsung tap tanpa antre membeli tiket.
• Daripada membawa stroller, lebih nyaman menggunakan baby carrier. Saya bawa 2 gendongan, hipseat baby carrier dan geos simple wrap. Saat berjalan-jalan, gendongan hipseat paling nyaman digunakan. Tapi saat menyusui, saya pakai geos supaya nggak cepat pegal.
• Apron menyusui (kalau bayinya masih minum ASI) jangan sampai ketinggalan.
• Bawa payung kecil akan sangat berguna buat mengantisipasi cuaca. Kalau terlalu terik atau gerimis, bayi tetap aman di bawah payung.
• Usahakan hanya membawa satu tas; bawalah barang-barang secukupnya. Saya memasukkan semua barang termasuk keperluan bayi ke dalam satu ransel supaya nggak ribet. Nggak lucu kan kalau jalan-jalan tapi bawa tasnya kayak mau mudik?
•Terakhir dan paling penting, selalu perhatikan mood bayi. Pergi bersama bayi mengharuskan kita mengesampingkan ego sendiri, terutama untuk wara-wiri mengelilingi lokasi wisata. Buat bayi senyaman mungkin selama perjalanan. Karena bagaimanapun, tujuan jalan-jalan untuk membuat bayi kita senang, kan?
Comments
Post a Comment